Gen Alpha, Cerminan Guru dan Orang Tua
- Doddy Hidayat
- 9 Apr
- 3 menit membaca
Diperbarui: 10 Apr

Di era serba digital ini, anak-anak kita—yang dikenal sebagai Generasi Alpha (Gen Alpha)—tumbuh dalam dunia yang berbeda. Mereka lahir saat teknologi sudah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, akrab dengan layar sentuh sejak usia dini, dan menjadikan media sosial sebagai jendela utama ke dunia luar. Dalam situasi seperti ini, pertanyaan penting muncul: siapa yang mereka jadikan cermin untuk belajar tentang akhlak dan karakter?
Jawabannya adalah kita—guru dan orang tua. Dalam keheningan dan kesibukan harian, anak-anak terus memantau, merekam, dan meniru. Maka, tak berlebihan jika kita katakan: apa yang kita lakukan hari ini akan menjadi pantulan akhlak mereka esok hari.
Krisis Keteladanan di Era Gen Alpha
Banyak guru dan orang tua mulai menyadari bahwa pola perilaku anak-anak zaman sekarang tampak berbeda: lebih ekspresif, lebih kritis, dan lebih cepat menyerap apa yang mereka lihat. Tapi sering kali, itu tidak diiringi dengan kematangan emosional atau moral.
Kita sedang menghadapi generasi yang sangat visual—mereka belajar bukan dari apa yang kita katakan, tetapi dari apa yang mereka lihat. Dan ketika figur nyata yang bisa dijadikan contoh minim, mereka akan mencari panutan dari dunia maya—yang belum tentu mencerminkan nilai-nilai Islami.
Pendidikan Akhlak dalam Islam: Rasulullah sebagai Uswah Hasanah
Islam telah memberikan teladan yang paling sempurna dalam pribadi Rasulullah ﷺ. Dalam Al-Qur’an, Allah menegaskan:
"Sungguh telah ada pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagimu..." (QS. Al-Ahzab: 21)
Inilah landasan pendidikan karakter dalam Islam: bukan hanya mengajarkan adab, tapi juga menjadi perwujudan akhlak itu sendiri. Rasulullah mengajarkan dengan kasih sayang, kesabaran, dan keteladanan—bukan dengan paksaan atau kemarahan.
Guru dan Orang Tua: Dua Figur yang Tak Tergantikan
Dalam kehidupan anak-anak Gen Alpha, guru dan orang tua adalah dua pilar utama pembentukan karakter. Tapi tantangannya, kita tidak hanya bersaing dengan waktu atau kurikulum, melainkan juga dengan konten viral, selebgram, dan influencer yang lebih dulu masuk ke dunia mereka.
Maka, peran kita sebagai teladan hidup menjadi sangat krusial. Anak-anak perlu melihat kesabaran, kejujuran, dan kasih sayang dalam kehidupan nyata. Mereka perlu melihat bagaimana konflik diselesaikan dengan adil, bagaimana kesalahan direspons dengan empati, dan bagaimana nilai-nilai Islam dipraktikkan, bukan sekadar diajarkan.
Apa yang Dilakukan Sekolah Islam Said Na’um?
Sebagai sekolah Islam yang memahami zaman, Sekolah Islam Said Na’um merancang berbagai program untuk menguatkan keteladanan dalam pendidikan anak-anak Gen Alpha. Beberapa di antaranya:
Pembiasaan harian: mengucapkan salam, menyapa guru, menyayangi teman, menjaga sopan santun, menjaga kebersihan, memelihara wudhu.
Kegiatan spiritual: sholat dhuha, sholat qabliah dan Ba’diah, Rutin Tadarus pagi sebelum memulai pelajaran, dilanjutkan dengan membaca Asmaul Husna dan doa pagi.
Kolaborasi guru dan orang tua: agar sinergi antara rumah dan sekolah semakin kuat dalam mendidik dengan hati dan keteladanan.
Cerita sirah dan kisah inspiratif: untuk menanamkan nilai melalui contoh yang hidup dan relevan.
Kami percaya bahwa karakter tidak cukup dibentuk lewat teori, tapi melalui lingkungan yang penuh keteladanan dan kasih sayang.
Menjadi Cermin yang Layak Ditiru
Setiap anak Gen Alpha adalah cermin. Dan pantulan dalam cermin itu bergantung pada siapa yang berdiri di depannya.
Jika kita ingin generasi ini tumbuh dengan akhlak mulia, maka kita perlu memperbaiki akhlak kita terlebih dahulu. Jika kita ingin mereka jujur, sabar, dan santun, maka kita yang harus mempraktikkannya setiap hari—di rumah, di sekolah, dan di ruang publik.
Karena sejatinya, anak-anak tidak kekurangan pengetahuan, yang mereka butuhkan adalah panutan nyata.
Bermanfaat